![]() |
Gambar By : Pixbay |
Kelor atau merunggai (Moringa oleifera) adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae. Moringaceae adalah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga. Menurut Sistem klasifikasi APG II suku ini dimasukkan ke dalam bangsa Brassicales, klad euRosidae II. Tumbuhan kelor dikenal dengan nama lain seperti: limaran, moringa, ben-oil (dari minyak yang bisa diekstrak dari bijinya), drumstick (dari bentuk rumah benihnya yang panjang dan ramping), horseradish tree (dari bentuk akarnya yang mirip tanaman horseradish), dan malunggay di Filipina.
Kelor adalah tanaman yang bisa tumbuh dengan cepat, berumur panjang, berbunga sepanjang tahun, dan tahan kondisi panas ekstrim. Tanaman ini berasal dari daerah tropis dan subtropis di Asia Selatan. Tanaman ini umum digunakan untuk menjadi pangan dan obat di Indonesia. Biji kelor juga digunakan sebagai penjernih air skala kecil.
Cerita kelor di Masyarakat
Hal hal yang berbau mistis pasti tidak lepas dari lingkungan masyarakat, terlebih yang masih menganut kepercayaan animisme ataupun dinamisme. Lalu adakah cerita mistis ataupun kejadian aneh yang disebabkan oleh kelor dalam pandangan masyarakat?. Tentunya tidak semua masyarakat menganggap bahwa itu benar, tapi ada sebagian yang masih mempercayai hal ini. disini saya akan menyampaikan sedikit cerita mistis tentang kelor yang beredar di masyarakat kota palu. Kota palu adalah ibu kota provinsi sulawesi tengah atau sering disebut tanah kaili, karena masyarakatnya adalah mayoritas suku kaili. Yang menjadi ciri khas kota palu sendiri adalah kelor dan terkadang kota ini disebut sebagai kota kelor, karena tumbuhan kelor sangat banyak dijumpai di manapun. Tidak hanya banyaknya kelor yang menjadi identitas kota palu, akan tetapi olahan kelor itulah yang menjadi daya pikat masayarakat luar daerah bahkan luar pulau sulawesipun datang hanya untuk mencicipi olahan kelor yang ada di kota palu. Ada kata-kata yang sangat unik ya ng beredar di masyarakat kota palu yaitu “Orang jawa, kalau sudah menginjak tanah kaili dan sudah merasakan olahan kelor khas Kota Palu, maka dia tidak akan bisa pulang ke Jawa lagi”. Tidak jelas sejak kapan ungkapan ini beredar di masyarakat. Sampai sejauh ini belum ada bukti kongkrit dari kepercayaan itu. Namun penulis berpandangan lain terhadap mitos ini. menurut penulis mengapa kepercayaan ini beredar dimasyarakat, bukan karena hal yang mistis melainkan soal rasa dan kenikmatan. Saking enaknya kelor buatan masyarakat palu ini, sampai-sampai masyarakat jawa betah di kota palu. Selain orang jawa yang tak bisa pulang ke kampung halaman, beredar pula bahwa apabila seseorang menginjak bagian dari tumbuhan kelor, baik itu daun, batang ataupun ranting, maka orang tersebut akan sering pipis yang masyarakat palu menyebutnya “Nasilala” . pada kondisi nasilala inilah orang akan terus menerus buang air kecil. Hal ini memang sangat sulit untuk diterima oleh logika, karena menurut beberapa masyarakat kota palu hal itu memang benar adanya, dan saya pun pernah merasakannya entah itu kebetulan atau bagaimana. Kondisi ini tidak berlangsung lama, kira-kira 5 jam. Dalam kurun waktu ini kita akan terus menerus buang air kecil. Lalu bagaimana hal ini dalam kacamata kesehatan?. dalam istilah kedokteran keseringan pipis lebih dikenal dengan istilah overactive bladder (OAB). Sampai saat ini belum diketahui dengan jelas penyebab OAB, tapi para ahli menemukan hal ini disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan pada otot kandung kemih. Meski tidak menimbulkan kematian, jelas OAB sangat mengganggu aktivitas dan pekerjaan. Kondisi ini juga memengaruhi kehidupan, yakni mengganggu tidur, menyebabkan depresi, hingga timbulnya masalah seksual. Dr dr Siti Setiati, SpPD, KGer, dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI RSCM menjelaskan bahwa Normalnya seseorang buang air kecil sekitar 4-6 kali dalam sehari karena kapasitas kandung kemih untuk menyimpan urin sekitar 400-600 ml. Faktor psikologis juga berpengaruh dalam hal ini, salah satunya adalah kecemasan berlebihan yang berlangsung lama. Misalnya kekhawatiran tentang keuangan, pekerjaan, sekolah, atau keluarga, tapi tidak dapat menjelaskan penyebabnya secara spesifik (gangguan kecemasan umum). Selain sering buang air kecil, gejala lainnya yaitu jantung berdebar-debar, berkeringat, otot tegang, sulit tidur, lelah, sulit konsentrasi, gemetaran, serta gangguan saluran cerna.
Dari pemaparan di atas, jelas bahwa yang beredar luas di masyarakat hanyalah sebuah terkaan yang kebenarannya tidak bisa dibuktikan secara empiris. Tapi dari mitos-mitos itu kita mungkin bisa mengambil pengertian lain, menginjak kelor misalnya. Kita bisa melihat dari sisi adab kita terhadap makanan. Bagaimana kemudian makanan ini kita hargai dan kita jaga agar jangan sampai terinjak. Dan kita juga harus Husnudzhan terhadap anggap ini, mungkin saja orang tua terdahulu mengajarkan hal ini agar tidak semena-mena terhadap makanan, seiring berjalanannya waktu, maknanyapun makin bergeser.
Manfaat kelor
Dilansir dari WHO, mengonsumsi daun kelor membantu perkembangan tubuh dan menjadi bahan obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit.
Daun kelor kaya akan vitamin A, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), vitamin B6, serta vitamin C, mineral, dan senyawa tanaman bermanfaat lainnya.Selain itu, kandungan polifenol dalam daun kelor memiliki sifat melawan kanker dan dapat mengurangi risiko seperti penyakit jantung dan diabetes.Daun kelor bisa dikonsumsi secara mentah, diolah menjadi teh, hingga menjadi masakan sayur bening. Daun kelor juga memiliki kandungan penting lainnya seperti kalsium, kalium, zat besi, magnesium, fosfor, seng, serta rendah kalori.WHO sampai menjuliki daun kelor sebagai miracle tree karena khasiat yang terkandung di dalamnya. Semua senyawa tersebut sangat diperlukan bagi kesehatan tubuh.Nutrisi yang dimiliki daun kelor, membuat manfaat tanaman ini selalu diminati pencinta herbal.Tak hanya bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah terpapar COVID-19, daun kelor memiliki beberapa manfaat lagi bagi tubuh.
Semoga bermanfaat..
”Salam sehat, salam juang. Karena sehat butuh perjuangan”
~Dian Muhammad Irsan~
Comments
Post a Comment