Organisasi itu tidak penting


ORGANISASI ITU TIDAK PENTING
Oleh : Rahmat ibn Sagaf
Organisasi adalah sekelompok orang dalam suatu wadah yang mempunyai tujuan yang sama. Perbedaan sering kali kita jumpai di dalam sebuah perkumpulan. Perbedaan itu bukan penyakit dan bukan pula parasit, melainkan adalah sebuah kekuatan yang menjelma seolah-olah ia adalah penyebab kehancuran. Dari situlah muncul presepsi orang bahwa sebuah organisasi yang sering dilanda masalah adalah organisasi yang rusak, padahal sebenarnya tidak, karena semakin banyak masalah yang membentur pertahanan kita maka semakin sering kita mencari strategi untuk bertahan. Maka sekali lagi sebuah masalah bukanlah penyakit ataupun parasit.
Organisasi itu tempat untuk berproses bukan tempat untuk bertengger dengan orang-orang yang memiliki otoritas didalamnya, atau bahkan tempat untuk menunjukan bahwa akulah sang organisator. Tapi tidak sedikit kita jumpai mereka yang menggunakan organisasi sebagai kendaraan untuk mencari popularitas semata, dan tidak mementingkan eksistensi dari kelompoknya. Salah satu unsur dari organisasi adalah man (orang-orang), unsur ini adalah hal yang paling penting dalam organisasi, mengapa? Karena sebuah perkumpulan tak akan pernah hidup tanpa ada suplemen pemikiran dari manusia-manusia yang berpikir. Namun apa jadinya apabila terjadi ketidakseimbangan pemikiran para anggotanya, tentunya ini adalah tugas seorang pemimpin, bagaimana seharusnya ia bersikap terhadap problem ini. para intelektual organisasi merasa bahwa merekalah harapan satu-satunya, dan mereka nonintelektual merasa bahwa mereka adalah parasit dalam organisasi, paradigma ini secara tidak langsung tertanam didalam pikiran para organisator baik yang intelek maupun nonintelek karena ulah dan ketidak pekaan pemimpin terhadap sumber daya pemikiran didalam organisasi, sehingga memuncul asumi-asumsi bahwasanya “ORGANISASI ITU TIDAK PENTING”. Siapa yang berasumsi demikian?, yaitu mereka- mereka yang didalam pengharapannya bisa berproses dengan baik tentunya dengan bimbingan yang baik pula dengan niatan untuk membangun dan menggerakan sebuah organisasi, tapi pada akhirnya hanya orang-orang inteleklah yang digembleng prosesnya dan didukung pemikirannya. Nonintelektual terkesamping, tertepoih bahkan tak berdaya ditangan mereka yang memiliki otoritas dan proiritas tertentu.
‘’Berorganisasilah, hingga kau menemukan ketiadaan dalam ruang hampa, ketidaksesuaian pemikiran dan kebaikan sebuah proses. Jika kau sudah menemukan itu berarti kau sudah bisa memaknai apa itu organisasi, sehingga kau tak ingin lepas dari pelukan hangatnya. Organisasi bukanlah kesenangan , tapi kesengsaraan yang bertransformasi manjadi pelipur lara dikala kau gunda dalam menafsirkan kehidupan”
(R_)

Comments