Sepatu Butut

Sepatu, Sepatu Lama, Pembusukan, Memakai

Burung tak berkicau, langit mendung tak bercahaya, seperti itulah alam menatapku. Tak peduli seperti apa bentuk wajahmu, tak peduli seperti apa prinsip hidup mu, “TAK PEDULI”, itu adalah prinsip hidupku dalam mengejar cinta. Aku lelaki yang bersepatu butut, bersepeda tua, dan menelusuri sawah, gang dan kuburan menuju kampus. 

Aku merasa dunia ini terlalu sempit untuk bermewah-mewahan, bahkan terlalu singkat untuk mengejar cinta yang sifatnya abadi. Semua pasti menginginkan cinta apalagi keabadian itu melekat di dalamnya. Sekarang aku hanya bisa menerka dan mengira-ngira tentang definisi cinta orang-orang sekarang.

Mungkin sebagian mereka mengartikan cinta adalah sebuah kenikmatan, keindahan, kenyamanan. Apa yang menjadi masalah dari permainan hati ini?, tolong jawab wahai penikmat cinta!. Aku lebih sepakat jika cinta itu adalah permainan hati, bukan tentang kenyamanan saja karena setiap permainan pasti ada kalah menangnya. 

Hidup adalah permainan, ya itu benar, pemainnya adalah hati, dan yang menjadi objek permainanya adalah dirimu dan kehidupanmu. Aku sendiri tak mau terlena dalam permainan ini, masih ada permainan selanjutnya yang harus di menangkan, salah satunya memenangkan permainan akademis, terus saja aku berhayal dan berangan untuk bisa menjadikan dia wanita istimewa setelah ibuku. 

Bukan berharap tapi ingin. Aku rasa hati ini bisa mengendalikan permainan dengan baik, apalagi persoalan cinta. Meski nantinya kalah dalam bertarung, itu sudah sewajarnya. 
Butuh waktu lima tahun untuk mencapai puncak permainan, sekarang aku hanya bisa bermain-main dengan angan yang menuju ke ingin. 

Kenapa tidak secepatnya?, Upsss.....,aku lupa, selain statusku sebagai mahasiswa aku juga seorang mahasantri di salah satu pondok mahasiswa yang sudah menjalin kontrak dan komitmen untuk tidak mencapai puncak permainan cinta selama masih ada gelar mahasantri. 

Begitu indah bukan, karena di balik semua atau segala situasi terdapat makna yang tersirat meski situasi tersebut sudah ada karena tersurat.  Keberanian adalah salah satu poin penting yang harus kita miliki sebagai seorang pencari. 

Baik itu pencari cinta,ilmu dan lain sebagaianya. “Baco, sekarang kamu maju untuk presentasi!”perintah dosenku secara tiba-tiba menyuruhku untuk maju ke depan. Lagi-lagi aku harus punya keberanian, apalagi mengahadapi teman-teman yang menurutku mereka adalah pembunuh dikala diskusi. 

Bertanya layaknya introgatior handal,menyangga bagaikan seorang ilmuan, itulah mereka. Aku pun tak mau menjadi budak pertanyaan mereka, sebisa mungkin aku menjawab semuanya. Dari situ aku simpulkan bahwa pintar saja tidak cukup untuk berproses, banyak orang yang pandai dalam kelas tapi bodoh dalam berproses dan penampilan juga tak berpengaruh dalam proses berfikir. 

Inti dari semuanya adalah keberanian, berani berfikir, berani berbuat dan berani bertanggung jawab.
“Berfikirlah untuk berproses, beranilah untuk memulai dan jangan takut akan kegagalan. Jangan minder dengan penampilan, wajah tak tampan tidak masalah, yang masalah adalah wajah tampan yang tak mau berfikir,”



Comments