
Diantara mereka saling berdepat tentang keagungan tuhan. Sampai salah satu dari mereka merasa bahwa seolah-olah dia adalah tuhan. “Aku sepakat jika dia merasa sebagai tuhan, tapi aku tak sepakat jika aku dijadikan sebagai hambanya” kata salahsatu dari mereka. Dan satu lagi berkata “Aku setuju, jika dia merasa sebagai tuhan dan aku rela menghamba kepadanya, tapi dia harus penuhi semua kebutuhanku”. “Tuhan tidak serendah itu, yang dengan mudah kalian perebutkan” teriak seseorang dari kejauhan. Sampai pada puncak perdebatan, saling menghujat, saling merendahkan bahkan nyaris saling membunuh karena persoalan tuhan.
Melihat pertengkaran itu, aku sempat kepikiran itukah salah satu rahmat tuhan yang ia berikan kepada hamba-hambanya?, tapi setelah aku melangkah beberapa langkah kulihat betapa indahnya bunga yang sedang mekar, langit yang tak terlalu panas, aku berubah pikiran dan menyimpulkan bahwa tuhan berhak dan punya otoritas untuk mengatur alam ini.
Dunia ini sudah dipenuhi dengan tuan-tuan yang merasa diri sebagai tuhan, sehingga dalam perjalanan hidupnya selalu berpegang pada kekuasaan yang ia bangun dan ia banggakan. Bermain dengan telunjuk, bermodalkan materi, dan bergelar kapitalis, mungkin itu adalah kriteria tuhan masa kini. Banyak yang patuh padanya, banyak yang rela menyembahnya, bahkan mati untuknya.
Cinta, kasih sayang, dan kebersamaan tak lagi ada karena otoritas tuan. Aku rasa jika tuan merasa diri sebagai tuhan, tentunya harus mempertahankan yang namanya cinta, kasih sayang, dan kebersamaan. Sebagaimana tuhan semesta alam memberikannya kepada tuan. Dan aku rasa tuan harus lebih kreatif lagi karena orang yang seperti anda banyak di bumi ini. jika tuan gila, maka hamba mu akan pergi dan mencari tuan lain yang lebih waras darimu. Tuanpun harus yakin suatu saat tuan pasti gila, gila karena telunjuk tuan sendiri. Karena orang yang sering berada diujung telunjuk tuan akan pergi, entah itu pergi untuk mendeklarasikan diri merdeka dari tuan ataupun mati.
Bersambung.....
Comments
Post a Comment