Lemahnya Generasi Penyebab Pembantaian?
Seringali kita lihat dan kita dengar berita pelecehan, deskriminasi, bulliying bahkan pembantaian. Yang lebih tragisnya lagi objek pelecehan, deskriminasi ataupun pembantaian adalah umat muslim. sehingga banyak menuai kontroversi di halayak banyak, bahkan dalam cakupan musliminpun terjadi silang pendapat. Opini-opini dilontarkan, hasrat untuk mencelah ditinggikan, sampai kadang kita lupa untuk berfikir apa sebenarnya penyebab dari permasalahan ini. Mungkinkah penyebabnya dari muslim sendiri, sehingga dengan begitu mudahnya kita dijadikan objek atau sasaran empuk kekerasan?. Hal ini perlu kita renungi lagi, sebagaimana telah kita ketahui bahwa beberapa tahun terakhir ini kerap terjadi pembantaian.
Sebagai seorang muslim, kita perlu menguatkan ikatan persaudaraan kita dengan muslim lainya. Tentunya sebagai saudara kita harus mengetahui apa fungsi dan tugas kita. Kemarin seabagaimana yang beredar di media-media bahwa telah terjadi pembantaian di India hanya karena seekor sapi. Tentunya hal ini sangat membuat hati tersayat apalagi yang di banatai adalah saudara se akidah. Lantas apa tindakan kita? Apakah kita langsung semerta merta mengeluarkan hujatan kebengisan terhadap mereka yang membantai?. Tentunya tidak, karena di dalam agama islam sendiri kita di ajarakan untuk bertabayyun atau mencari tahu terlebih dahulu. Media sangat berperan dalam hal, jadi kalau kita tidak selektif dalam menelaah berita-berita yang di kabarkan oleh media, kemungkinan besar kita adalah orang yang bertuhankan akan hawa nafsu kita sendiri.
Penyebab lemahnya jantung persaudaraan islam
Kurangnya ke khawatiran akan kualitas generasi penerus islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Q.S An nisa ayat 9,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعافاً خافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah. yang mereka khawatir ter-adap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
dalam ayat ini Allah mengisyaratkan agar kita senantiasa mempersiapkan generasi yang kuat atau generasi terbaik. Seiring berkembangnya teknologi, peran orang tua kian telah digantikan oleh alat-alat elektronik, Handphone misalnya. Orang tua kadang hanya memantau anak-anaknya melalui handphone, sehingga banyak kita jumpai anak-anak yang frustasi karena kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya.
Sikap individualis dalam menyebarkan dakwah islam
Allah subhanahuwata’ala berfirman dalam Q.S Al imran ayat 104.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat inilah yang menjadi landasan berdirinya organisasi gerakan dakwah muhammadiyah. Dengan berserikat, atau berkelompok jalan dakwah kita akan makin kuat. Akan tetapi, banyak sekarang mereka yang tidak mau untuk berhimpun atau berorganisasi dengan dalih, organisasi dapat menyebabkan perpecahan umat. Ini adalah salah satu bukti lemahnya pola pikir. Dan selanjutnya pola pikir ini terus di giring sehingga mampu menhegemoni orang-orang yang ingin berhikmat di persyerikatan. Apalagi sekarang ada yang namanya fenomena Hijrah. Penulis pribadi mengatakan ini bukan hijrah tapi Hajar yang dalam bahasa arab artinya Batu. Mengapa demikian, banyak sekarang orang-orang yang mengaku sudah hijrah akan tetapi berhati batu, selalu menutup diri, dan gampang menyalahkan orang yang tak sepaham dengannya. Ini adalah Ejawantah dari hegemoni-hegemoni yang di lontarkan bahwa bersyerikat atau berorganisasi adalah penyebab terpecahnya umat. Hingga dalam output nya, jiwa-jiwa kemanusiaan akan luntur karena sikap individualis tersebut.
Jihad tak harus berperang, berislam tak harus mendirikan Negara Khilafah. Raga dan jiwa harus sepakat, agar hawa nafsu tak menduduki jiwa.
Seringali kita lihat dan kita dengar berita pelecehan, deskriminasi, bulliying bahkan pembantaian. Yang lebih tragisnya lagi objek pelecehan, deskriminasi ataupun pembantaian adalah umat muslim. sehingga banyak menuai kontroversi di halayak banyak, bahkan dalam cakupan musliminpun terjadi silang pendapat. Opini-opini dilontarkan, hasrat untuk mencelah ditinggikan, sampai kadang kita lupa untuk berfikir apa sebenarnya penyebab dari permasalahan ini. Mungkinkah penyebabnya dari muslim sendiri, sehingga dengan begitu mudahnya kita dijadikan objek atau sasaran empuk kekerasan?. Hal ini perlu kita renungi lagi, sebagaimana telah kita ketahui bahwa beberapa tahun terakhir ini kerap terjadi pembantaian.
Sebagai seorang muslim, kita perlu menguatkan ikatan persaudaraan kita dengan muslim lainya. Tentunya sebagai saudara kita harus mengetahui apa fungsi dan tugas kita. Kemarin seabagaimana yang beredar di media-media bahwa telah terjadi pembantaian di India hanya karena seekor sapi. Tentunya hal ini sangat membuat hati tersayat apalagi yang di banatai adalah saudara se akidah. Lantas apa tindakan kita? Apakah kita langsung semerta merta mengeluarkan hujatan kebengisan terhadap mereka yang membantai?. Tentunya tidak, karena di dalam agama islam sendiri kita di ajarakan untuk bertabayyun atau mencari tahu terlebih dahulu. Media sangat berperan dalam hal, jadi kalau kita tidak selektif dalam menelaah berita-berita yang di kabarkan oleh media, kemungkinan besar kita adalah orang yang bertuhankan akan hawa nafsu kita sendiri.
Penyebab lemahnya jantung persaudaraan islam
Kurangnya ke khawatiran akan kualitas generasi penerus islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Q.S An nisa ayat 9,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعافاً خافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah. yang mereka khawatir ter-adap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
dalam ayat ini Allah mengisyaratkan agar kita senantiasa mempersiapkan generasi yang kuat atau generasi terbaik. Seiring berkembangnya teknologi, peran orang tua kian telah digantikan oleh alat-alat elektronik, Handphone misalnya. Orang tua kadang hanya memantau anak-anaknya melalui handphone, sehingga banyak kita jumpai anak-anak yang frustasi karena kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya.
Sikap individualis dalam menyebarkan dakwah islam
Allah subhanahuwata’ala berfirman dalam Q.S Al imran ayat 104.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat inilah yang menjadi landasan berdirinya organisasi gerakan dakwah muhammadiyah. Dengan berserikat, atau berkelompok jalan dakwah kita akan makin kuat. Akan tetapi, banyak sekarang mereka yang tidak mau untuk berhimpun atau berorganisasi dengan dalih, organisasi dapat menyebabkan perpecahan umat. Ini adalah salah satu bukti lemahnya pola pikir. Dan selanjutnya pola pikir ini terus di giring sehingga mampu menhegemoni orang-orang yang ingin berhikmat di persyerikatan. Apalagi sekarang ada yang namanya fenomena Hijrah. Penulis pribadi mengatakan ini bukan hijrah tapi Hajar yang dalam bahasa arab artinya Batu. Mengapa demikian, banyak sekarang orang-orang yang mengaku sudah hijrah akan tetapi berhati batu, selalu menutup diri, dan gampang menyalahkan orang yang tak sepaham dengannya. Ini adalah Ejawantah dari hegemoni-hegemoni yang di lontarkan bahwa bersyerikat atau berorganisasi adalah penyebab terpecahnya umat. Hingga dalam output nya, jiwa-jiwa kemanusiaan akan luntur karena sikap individualis tersebut.
Jihad tak harus berperang, berislam tak harus mendirikan Negara Khilafah. Raga dan jiwa harus sepakat, agar hawa nafsu tak menduduki jiwa.
Comments
Post a Comment